
WONOSOBO, detakjateng – Fakultas Komunikasi dan Sosial Politik atau FKSP Universitas Sains Al-qur’an Jawa Tengah di Wonosobo dalam menyambut hari santri, menggelar program diskusi terbatas Sapa desa. Program yang digagas oleh Unit Penjaminan Mutu Penelitian dan Pengabdian Fakultas Komunikasi dan Sosial Politik ini sebagai wadah diskusi para akademisi dengan masyarakat tentang temuan hasil penelitian maupun pengabdian kepada masyarakat khususnya desa, agar dapat mendorong masyarakat lebih kritis terhadap isu-isu desa.
Diskusi Sapa Desa dengan tema ‘Santri Gumregah Ndandani Omah’ tersebut diselenggarakan di Balai Desa Talunombo, Kecamatan Sapuran dengan menghadirkan berbagai narasumber, yaitu Ketua FPKB DPRD Provinsi Jawa Tengah Syarif Abdillah, Wakil Bupati Wonosobo Muhammad Albar, Wakil Rektor 1 Universitas Sains Al-qur’an Jawa Tengah Arifin Sidiq dan Kepala Desa Talunombo Badaruddin.
Kepala Unit Penjaminan Mutu Penelitian dan Pengabdian (UP3M) Fakultas Komunikasi dan Sosial Politik, Insan Mahmud menerangkan, bahwa dalam menyambut Hari Santri tahun 2021, universitas dengan braind sains dan Al-qur’an harus mengugah semangat santri-santri dalam menyambut hari santri, serta memberikan suasana yang gumregah aksi untuk berbenah membangun desa yang menjadi tempat tinggal.
Sementara itu, Ketua FPKB DPRD Provinsi Jawa Tengah, Syarif Abdillah menerangkan, bahwa agenda Sapa Desa bisa menjadi profil di masa depan dan sebagai aktor atau partner untuk menjadikan desa lebih maju. Selain itu ia juga menerangkan 3 fungsi UU Pesantren yaitu tentang pendidikan, dakwah, pemberdayaan dan serta santri di desa harus memiliki cita-cita karena perubahan itu keniscayaann.
Terkait UU Pesantren, Wabup Wonosobo, M. Albar menegaskan, bahwa bahwa untuk merealisasinya diperlukan data, database pesantren dan database santri, serta konsep-konsep pemberdayaan masyarakat berbasis pesantren menjadi hal yg prioritas untuk di wujudkan. Sehingga wonosobo bisa menjadi kota santri.
“Program sapa desa diharapkan bisa mendorong akademisi dan berbagai pihak yang terlibat dalam program sapa desa di Talunombo. Semoga desa ini menjadi desa prototype dengan mengajak Pusat Studi Pengembangan Teknologi Informasi Fastikom dan LP3M untuk segera mengerjakan database santri dan pesantren,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Desa Talunombo, Badaruddin berharap, bahwa program ini harus segera direalisasikana, jangan hanya rencana saja. Antara pemerintah, pesantren, dan perguruan tinggi, katanya harus sinergis.
“Sapa desa ini memang tepat dengan judul santri gumregah ndandani omah, sebab dengan subject pembangunan desa memang perlu adanya peningkatan SDM, mapping potensi desa,” tandasnya. (Aris)