Editorial

Pemekaran Provinsi Jawa Tengah Banyak Memberi Keuntungan Daerah Tertinggal

PURWOKERTO,detakjateng.co.id -Wacana pemekaran wilayah di Provinsi Jawa menjadi 9 wilayah terus bergulir. Meski terjadi pro dan kontra, sejumlah diskusi belakangan terus intensif dilakukan.

Bahkan para akademisi di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Selasa (29/09) berkumpul dalam Forum Group Discussion (FGD) yang diadakan oleh Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) untuk membahas jika wacana tersebut.
 Salah seorang akademisi Sosiologi Unsoed Purwokerto, Dr Arizal Mutahir memandang, ada beberapa aspek yang perlu digarisbawahi bagaimana urgensinya pemekaran wilayah ini.

Menurut Arizal, setidaknya ada empat aspek yang dipertimbangkan untuk memekarkan. Apakah secara ekosistem berkaitan dengan tujuan pemekaran itu (batu landasan) atau berdasarkan sosio kultural, atau hanya aspek sosial ekonomi semata atau bahkan untuk urusan politis.

” Secara sosio kultural dan ekosistem empat kabupaten di lingkup Banyumas Raya berada dalam satu-kesatuan Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu. Namun jika digabungkan dengan Kedu, ada kemungkinan memunculkan permasalahan baru,” ujarnya.

Menurutnya, tujuan pemekaran adalah mengurangi masalah, malahan nambahin masalah tata kelola berikutnya. Selain itu Identitas, misalnya saya orang Banyumas tapi harus bergabung dengan Kedu yang ada (aksen) O nya. Itu kedepannya bisa jadi persoalan-persoalan yang akan muncul.

Pada poin sisi sosial kulturalnya, ia juga menekankan jika setiap ekosistem memiliki sistem sosial budaya yang mengikat. Jika berdasarkan DAS Serayu. Ia menilai akan mungkin akan muncul kebanggaan pribadi tiap individu.

Karena di sana diikat dalam satu-kesatuan. Kaya misalnya Banten, dari hasil kajiannya naik. Karena kemudian orang sana bangga menjadi orang Bante tanpa terkontaminasi budaya lain.

Sementara Rektor UMP Jebul Suroso lebih menyoroti, banyaknya keuntungan yang diperoleh jika pemekaran itu bisa terealisir.  Banyak keuntungan, secara geografis antara lain mendekatkan pusat ke daerah.

” Jika ada yang mengatakan, wilayah miskin kok mau mekar. Saya justru berpikir sebaliknya, dengan dekatnya pusat kekuasaan, akan semakin mudah mengatasi wilayah-wilayah yang selama ini tidak terjangkau,” ujarnya (nan).

Lainnya

Baca Juga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

18 − 15 =

Back to top button